Sebelum nya kita harus tau dulu apa sih
pengertian dari penderitaan itu sendiri? Penderitaan adalah menanggung atau
menjalani sesuatu yang sangat tidak menyenangkan yang dapat di rasakan oleh
manusia. Setiap manusia pasti pernah mengalami penderitaan baik secara fisik
maupun batin. Penderitaan juga termasuk realitas dunia dan manusia. Intensitas
penderitaan manusia bertingkat-tingkat, ada yang berat dan ada juga yang
ringan. Namun, peranan individu juga menentukan berat tidaknya suatu intensitas
penderitaan. Suatu peristiwa yang di anggap penderitaan oleh seseorang belum
tentu merupakan suatu penderitaan bagi orang lain. Dapat pula suatu penderitaan
merupakan energi untuk bangkit bagi seseorang, atau sebagai langkah awal untuk
mencapai kenikmatan dan kebahagian. Memang harus diakui, di antara kita dan
dalam masyarakat masih terdapat banyak orang yang sungguh-sungguh berkehendak
baik, yaitu manusia yang merasa prihatin atas aneka tindakan kejam yang
ditujukan kepada sesama manusia yang tidak saja prihatin, melainkan berperan
serta mengurangi penderitaan sesamanya, bahkan juga berusaha untuk mencegah
penderitaan atau paling tidak menguranginya, serta manusia yang berusaha keras
tanpa pamrih untuk melindungi, memelihara dan mengembangkan lingkungan alam
ciptaan secara berkelanjutan. Ada keinginan alamiah manusia untuk menghindari
penderitaan. Tetapi justru penderitaan itu merupakan bagian yang terkandung di
dalam kemanusiaannya.
Penderitaan
dan Kenikmatan
Tujuan manusia yang paling populer
adalah kenikmatan, sedangkan penderitaan adalah sesuatu yang selalu dihindari
oleh manusia. Oleh karena itu, penderitaan harus dibedakan dengan kenikmatan,
dan penderitaan itu sendiri sifatnya ada yang lama dan ada yang sementara. Hal
ini berhubungan dengan penyebabnya. Macam-macam penderitaan menurut
penyebabnya, antara lain: penderitaan karena alasan fisik, seperti bencana
alam, penyakit dan kematian; penderitaan karena alasan moral, seperti
kekecewaan dalam hidup, matinya seorang sahabat, kebencian orang lain, dan
seterusnya.Semua ini menyangkut kehidupan duniawi dan tidak mungkin
disingkirkan dari dunia dan dari kehidupan manusia.
Penderitaan
dan kenikmatan muncul karena alasan “saya suka itu” atau “sesuatu itu
menyakitkan”. Kenikmatan dirasakan apabila yang dirasakan sudah didapat, dan
penderitaan dirasakan apabila sesuatu yang menyakitkan menimpa dirinya. Aliran
yang ingin secara mutlak menghindari penderitaan adalah hedonisme, yaitu suatu
pandangan bahwa kenikmatan itu merupakan tujuan satu-satunya dari kegiatan
manusia, dan kunci menuju hidup baik. Penafsiran hedonisme ada dua macam,
yaitu:
1.
Hedonisme
psikologis yang berpandangan bahwa semua tindakan diarahkan untuk mencapai
kenikmatan dan menghindari penderitaan.
2.
Hedonisme
etis yang berpandangan bahwa semua tindakan ‘harus’ ditujukan kepada kenikmatan
dan menghindari penderitaan.
Kritik terhadap hedonisme ialah
bahwa tidak semua tindakan manusia hedonistis, bahkan banyak orang yang
tampaknya merasa bersalah atas kenikmatan-kenikmatan mereka. Dan hal ini
menyebabkan mereka mengalami penderitaan. Pandangan Hedonis psikologis ialah
bahwa semua manusia dimotivasi oleh pengejaran kenikmatan dan penghindaran
penderitaan. Mengejar kenikmatan sebenarnya tidak jelas, sebab ada kalanya
orang menderita dalam rangka latihan-latihan atau menyertai apa yang ingin
dicapai atau dikejarnya. Kritik Aristoteles ialah bahwa puncak etika bukan pada
kenikmatan, melainkan pada kebahagiaan. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa
kenikmatan bukan tujuan akhir, melainkan hanya “pelengkap” tindakan. Berbeda
dengan John Stuart Mill yang membela Hedonisme melalui jalan terhormat,
utilitarisme yaitu membela kenikmatan sebagai kebaikan tertinggi. Suatu
tindakan itu baik sejauh ia lebih “berguna” dalam pengertian ini, yaitu sejauh
tindakan memaksimalkan kenikmatan dan meninimalkan penderitaan.
Penderitaan dan
Kasihan
Kembali kepada masalah penderitaan,
muncul Nietzsche yang memberontak terhadap pernyataan yang berbunyi: “Dalam
menghadapi penderitaan itu, manusia merasa kasihan”. Menurut Nietzche,
pernyataan ini tidak benar, penderiutaan itu adalah suatu kekurangan vitalitas.
Selanjutnya ia berkata, “sesuatu yang vital dan kuat tidak menderita, oleh
karenanya ia dapat hidup terus dan ikut mengembangkan kehidupan semesta alam.
Orang kasihan adalah yang hilang vitaliatasnya, rapuh, busuk dan runtuh.
Kasihan itu merugikan perkembangan hidup”. Sehingga dikatakannya bahwa kasihan
adalah pengultusan penderitaan. Pernyataan Nietzsche ini ada kaitannya dengan
latar belakang kehidupannya yang penuh penderitaan. Ia mencoba memberontak
terhadap penderitaan sebagai realitas dunia, ia tidak menerima kenyataan.
Seolah-olah ia berkata, penderitaan jangan masuk ke dalam hidup dunia. Oleh
karena itu, kasihan yang tertuju kepada manusia harus ditolak, katanya.
No comments:
Post a Comment